Rabu, 21 Juli 2021

Integrasi Ilmu Dalam Hidup Bermasyarakat Dan Berkebudayaan


Konsep Hidup Bermasyarakat Dan Berkebudayaan

Dalam perspektif Islam, konsep dalam hidup bermasyarakat  khususnya yang menyangkut hubungan antarumat beragama, bersifat sangat terbuka dan dialogis. Panggilan untuk mencari titik temu (kalimatun sawa’) antar berbagai penganut ahli kitab adalah tipikal model panggilan Al Quran.

Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.

Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Namun, perubahan sosial yang akan dibahas dalam makalah ini adalah perubahan sosial dalam bidang ekonomi dan politik

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perubahan

1. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi.

2. Sikap-sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah.

3. Perubahan struktural dan halangan struktural.

4. Pengaruh-pengaruh eksternal.

5. Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol.

6. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu.

7. Peristiwa-peristiwa tertentu.

8. Munculnya tujuan bersama

Proses Perubahan Sosial

1. Invensi

Proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan

2. Difusi

Proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem social

3. Konsekuensi

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi

Penyebab Perubahan Sosial Dari Dalam Masyarakat

1. Mobilitas Penduduk

2. Penemuan Baru (Inovasi)

3. Pertentangan Masyarakat

4. Terjadinya Pemberontakan atau revolusi

Strategi Kebudayaan

Budaya atau Kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pikiran, akal budi, atau sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju). Sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

Budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk berupa budidaya yang berarti daya dari Budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa sedangkan kebudayaan adalah hasil dari Cipta Rasa Karsa dan benda-benda Hasil karya manusia

Tiga Mentalitas Budaya Dan Beberapa Tipe-tipe Kecil Yang Merupakan Dasar Sosial Budaya Yang Berlainan

Kebudayaan Ideasional. Tipe ini mempunyai dasar berpikir premis bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmaterial transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini dilihat sebagai suatu ilusi sementara, dan tergantung pada dunia transenden atau sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak lengkap.

Kebudayaan indrawi atau sensate culture. Tipe ini didasarkan pada pemikiran pokok bahwa dunia materil yang kita alami dengan indera kita merupakan satu-satunya kenyataan yang ada eksistensi kenyataan indrawi atas yang transenden disangkal.

Kebudayaan campuran kategori ini mengundang terhadap dasar berpikir premis mentalitas ideasional dan indrawi.

Transaksional Dalam Masyarakat

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan -pesan baik verbal maupun nonverbal. Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).

Cara Mengetahui Sikap Ego Yang Dimiliki Setiap Orang

1. Melihat tingkah kajy nonverbal maupun verbal yang digunakannya.

2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain.

3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil.

4. Mengecek perasaan diri sendiri

Transaksional dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan politik, ekonomi, hukum dan komunikasi. Istilah transaksi sangat melekat dalam dunia bisnis. Mulai dari kegiatan tawar menawar harga, sampai menukar barang atau jasa dengan uang . namun rupanya transaksi seperti itu juga lumrah terjadi dalam dunia perpolitikan.

Politik transaksional adalah tema yang menarik didiskusikan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya transaksi-transaksi dalam setiap proses politik, termasuk dampak yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi tersebut, dan lebih jauh untuk mengantisipasi merebaknya politik uang di tengah-tengah masyarakat

Penerimaan Terhadap Kasus Piagam Madinah

Piagam Madinah (shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) di tahun 622. Tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah.

Dengan tercapainya kesepakatan antar kaum di Madinah, maka semakin heterogenlah masyarakat yang menduduki Madinah. Selain itu, perjanjian ini juga menjadi sangat penting bagi diri Nabi sendiri. Piagam madinah ini secara tidak langsung menunjukkan kapasitas Nabi sebagai seorang pemimpin dan politikus yang ulung.

Isi Kandungan Piagam Madinah

1. Mengandung 47 pasal

2. 23 pasal membincangkan hubungan dalam kalangan umat islam dan tanggung jawab mereka

3. 24 pasal membincangkan tentang tanggung jawab orang bukan islam termasuk Yahudi terhadap negara Madinah

4. Piagam Madinah merupakan perkembangan pertama, yang diubah di dunia menjadi asas sebuah negara berdaulat

5. 7 aspek penting yang merangkumi politik, ekonomi dan sosial

Menurut Muhammad Hamidullah yang telah melakukan penelitian terhadap beberapa karya tulis yang memuat Piagam Madinah, bahwa ada sebanyak 294 penulis dari berbagai bahasa. Yang terbanyak adalah dalam bahasa arab, kemudian bahasa-bahasa Eropa.

Piagam Madinah telah mempersatukan warga Madinah yang heterogen itu menjadi satu kesatuan masyarakat, yang warganya mempunyai hak dan kewajiban yang sama, saling menghormati walaupun berbeda suku dan agamanya.

 Integrasi Ilmu Dalam Perkembangan Peserta Didik


Definisi Peserta Didik

Siapakah yang disebut peserta didik dalam persektif islam?

Peserta didik merupakan manusia dalam makna al-Insan, Al Basyar atau Bani Adam yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang dipandang sempurna (insan kamil)

Secara Etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.

Secara Terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran

Beberapa Istilah Peserta Didik

1. Murid - orang yang memerlukan atau membutuhkan proses pendidikan

2. Thalib - artinya pencari, penuntut, atau pelamar, yang berarti pencari ilmu

3. Thilmidz -  orang yang berguru kepada seseorang untuk mendapatkan pengetahuan

4. Mutarobbi - orang yng membutuhkan pengarahan, pembinaan dari murobbi

5. Mutaállim - orang yang terus berusaha belajar tentang ayat - ayat qurániyyah atau kauniyah

6. Mutaáddib - orang yang membutuhkan atau mencari bimbingan adab dan akhlak bagi dirinya dari seorang muáddib

Tugas Dan Tanggung Jawab Peserta Didik

Tugasnya yaitu Mempelajari Ilmu dan mengamalkannya sepanjang kehidupan. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.

Sampaikanlah  dariku walaupun satu ayat (HR. Bukhori)

Tanggung Jawabnya yaitu memelihara seluruh potensi yang telah dianugerahkan Allah kepadanya dapat diberdayakan dan dimanfaatkan untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dengan pengetahuan tersebut mengarahkan dirinya untuk semakin mendekatkan dirinya kepada Allah sang Maha guru bagi seluruh makhluknya.

Implementasi  dari Ulul Albab yaitu adalah orang yang mengingat Allah dalam keadaan duduk, berdiri atau pun berbaring dan dia juga berfikir tentang alam semesta jadi setelah ia belajar dia memanfaatkan potensi yang diberikan oleh Allah untuk hal-hal yang lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan dia semakin tawadlu.

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. Surat Ali 'Imran, Ayat 191

"Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)

Adab Dan Kewajiban Peserta Didik

1. Membersikan hati sebelum belajar

2. Konsisten belajar dengan guru

3. Menghormati dan memuliakan guru

4. "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani)

5. Terlebih dahulu mengucapkan salam kepada guru

6. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat

7. Bersungguh-sungguh dalam belajar

8. Rajin mengulan pelajaran

9. Bertekan belajar seumur hidup

10. Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR. Thabrani)

11. Menjaga rahasia atau tidak membuka aib guru

Sifat-sifat Yang Harus Dimiliki Oleh Peserta Didik

1. Dari sisi ruhiyahnya peserta didik harus membersikan pikiran, jiwa, dan hatinya sebelum menuntut ilmu pengetahuan agar ilmu yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

2. "Aku mengadu kepada Waki' tentang buruknya hafalanku. Dia menasehatiku agar aku tinggalkan kemaksiatan. Dia pun berkata: 'Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada orang bermaksiat,"

3. Dari sisi jasmani peserta didik harus membersikan diri dari hal-hal yang najis. Makanan dan minuman yang dimakan harus dari sumber yang halal dan bersih.

Integrasi Ilmu Dalam Konsep Diri Manusia


Konsep Diri Manusia

Konsep diri merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan tersebut bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan sebagainya.

Menurut Mulyana, konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu. Jadi konsep diri adalah pandangan individu mengenai dirinya, meliputi gambaran mengenai diri dan kepribadian yang diinginkan, yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

Konsep Diri Memiliki Tiga Dimensi Pokok

1. Dimensi pengetahuan, yaitu segala pengetahuan atau informasi yang kita ketahui tentang diri, seperti umur, jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya,

2. Dimensi harapan, yaitu suatu pandangan tentang kemungkinan menjadi apa kita di masa mendatang, dan

3. Dimensi penilaian, yaitu penilaian individu tentang gambaran siapakah dirinya dan gambaran mengenai seharusnya bisa menjadi seperti apa

Identitas Diri Dan Artikulasi Komunikasi

A. Identitas Diri

1. Menurut Erikson (1968), identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat.

2. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dirinya memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang.

3. Menurut teori Michel Hecht identitas merupakan penghubung utama antara individu dan masyarakat. Sedangkan komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi. Identitas adalah “kode” yang mendefinisikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam. Adanya identitas dapat lebih memudahkan manusia menggambar keberadaan sesuatu sehingga dapat memberikan kemudahan manusia untuk bertindak dan berkomunikasi.

B. Artikulasi Komunikasi

Komunikasi sebagai sesuatu interaksi untuk menyetarakan adanya proses sebab-akibat, aksi-reaksi yang memiliki arah dan tujuan masing-masing dan sifatnya bergantian.

Ada macam-macam komunikasi diantaranya sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal, adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan atau bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik dalam bentuk percakapan maupun tulisan.

2. Komunikasi nonverbal, adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal.

Kemampuan artikulasi adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide atau pemikiran dengan jelas melalui kata-kata.

Krisis Dimensional Masyarakat Modern Dan Pendekatan Terintegrasi Terhadap Diri Manusia

Krisis multidimensional adalah krisis yang terjadi di berbagai bidang dalam waktu yang relative sama. Krisis multidimensional lebih sulit untuk diatasi, karena hubungannya yang saling berkaitan antara satu krisis di satu bidang dengan krisis yang lainnya. Krisis multidimensional adalah situasi dimana bangsa Negara ini dilanda oleh berbagai ragam pertentangan besar maupun kecil.

Krisis multidimensional manusia modern melalui analisis filosofis-sosiologis dan psikoanalisis, mereka mengekspos perilaku masyarakat modern seperti keserakahan terhadap sumber daya alam, irasionalitas, konsumerisme, tirani, hegemoni, fasisme, tribalisme.

Pendekatan Integrasi

Pendekatan-pendekatan integrasi yang dapat dilakukan dalam diri manusia antara lain dengan:

1. Mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi dan brainstorming

2. Menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai

3. Memainkan permainan nilai-nilai kemanusiaan

4. Menceritakan kisah hidup orang-orang besar

5. Menggunakan drama untuk melukiskan kejaidan-kejadian yang berisikan nilai-nilai

6. Menggunakan berbagai kegiatan seperti kegiatan pelayanan dan service, fieldtrip dan klub-klub atau kelompok kelompok kegiatan untuk memunculkan nilai nilai kemanusiaan

Integrasi Ilmu Dalam Konsep Berpikir


Konsep Berpikir

Berpikir memiliki arti yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas, karena mengandung maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan menentukan sangkut paut antara masalah yang satu dengan yang lainnya.

Prinsip Dasar Berpikir Dalam Filsafat Dakwah Yang Dapat Diturunkan Dari Al-Qur'an

  • Berpegang teguh pada etika ulul al-bab. Sosok ulul al- bab adalah orang yang mampu menggunakan potensi pikir dan  potensi dzikir secara tawazun (seimbang).
  • Memikirkan, memahami, menghayati dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan hukum alam) maupun ayat-ayat Qur'aniyah melalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat al - Qur'an tentang "aql yang terdiri dari 49 kali penyebutan dalam lima bentuk kata kerja: (a) 'aqaluh; (b) ta'qilun; (c) na'qilu; (d) ya'qiluha; (d) ya'qilun.


Metode Berpikir (Al-Fikr) Menurut Al-Qur'an

A. Berpikir dengan Hati yang Bersih

Alquran memerintahkan manusia untuk berpikir bukan hanya dengan akalnya yang cerdas namun juga harus diiringi oleh hati yang bersih. Seperti halnya pada surah Al-Mudaṡṡir ayat 18 menceritakan Al-Walid Al-Mugirah seorang yang pandai yang ditunjuk kaumnya. Dan yang kedua pada surah Al-Araf ayat 176 ayat ini mengecam orang yang memperturut nafsu dan syahwatnya padahal Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang yang menjauhinya.

B. Berpikir dengan Rasio/Logika

Dalam Alquran berpikir dengan akal logika saja tidaklah cukup, akal juga memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan tuntunan langsung dari Allah berupa wahyu yang disampaikan pada seorang Rasul-Nya. Dalam surah Al-Araf ayat 184 Al-Qur’an mengajak berpikir dengan benar melakukan pengecekan dan penelaahan kembali dengan akal yang baik mengenai Nabi Muhammad Saw. Kemudian dalam surah Al-An’am ayat 50 peneliti menemukan bahwa apa yang diajarkan Rasulullah saw tersebut didasarkan pada wahyu. Al-Qur’an membedakan orang yang mampu menangkap kebenaran wahyu dengan yang tidak.

C. Berpikir Luas dengan Cara yang Sederhana agar Mudah Dipahami

Tidak sedikit ayat-ayat Alquran mengenai berpikir menggunakan pendekatan perumpamaan (amtsal) agar lebih sederhana dan mudah dipahami. Misalnya dalam surah Yūnus ayat 24 memperumpamakan kehidupan dunia yang indah ini ibarat kebun yang indah namun tiba-tiba menghilang seolah-olah tidak pernah ada.

D. Terbuka dengan Pemikiran Orang Lain

Alquran memerintahkan manusia untuk berpikir dengan baik dan memiliki sifat keterbukaan untuk mendapatkan kebenaran. Dalam surah Saba’ ayat 46 Allah Swt memerintahkan manusia untuk terbuka menerima pendapat orang lain dengan cara saling berdialog dan berdiskusi memikirkan bersama-sama mengenai kebenaran ajaran yang dibawa Rasul Allah.


Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi

1. Ontologi

Ontologi, secara bahasa Yunani terdiri dari dua kata; on: being, dan logos; Logic. Jadi ontologi ialah The theory of being qua being atau teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Sementara menurut istilah ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Ontologi merupakan pembahasan dalam rangka untuk mencari atau mendapatkan hakekat sesuatu. Sering orang mempertanyakan kembali ‘sesuatu’ apa? atau ‘sesuatu’ yang manakah? yaitu sesuatu apa saja, baik berbentuk benda materi atau non-materi atau sering disebut dengan istilah abstrak.

2. Epistemologi

Epistemologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar, karena epistemologi itu adalah teori pengetahuan, tidak lain dan tidak bukan merupakan kelanjutan yang tak terpisahkan dari ontologi seperti yang telah dijelaskan di atas. Tanpa pemahaman yang utuh tentang ontologi dari ‘suatu hakekat’, mustahil kita akan dapat memahami dan menjawab dari pertanyaan “apa” yang sedang kita cari jawabannya.

Proses pencarian epistemology atau teori suatu pengetahuan yang sedang kita amati dan kita cari, biasanya didasarkan atas pertimbangan sikap skeptis, karena dengan sikap ragu itulah orang mencari tahu tentang berbagai hal yang melingkupinya. Maka dari sinilah kemudian lahir berbagai pengetahuan baru yang tergali tentang sesuatu tersebut.

 3. Aksiologi

Secara bahasa aksiologi berasal dari perkataan Axios (bahasa Yunani) yang berarti nilai, dan kata Logos yang berarti; teori, jadi aksiologi mengandung pengertian ; teori tentang nilai. Sementara secara umum aksiologi dapat diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh oleh manusia, dengan sendirinya dapat dikategorikan akan memberi manfaat dan berguna ataukah sebaliknya. 

Selasa, 20 April 2021

Konsep Dan Prinsip Integrasi Ilmu

Pengertian Integrasi Ilmu

Salah satu istilah yang paling popular dipakai dalam konteks integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata “Islamisasi”. Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris Islamization yang berarti pengislaman. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses pengislaman, dimana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.

Istilah Islamisasi untuk pertama kali sangat popular ketika konferensi dunia yang pertama kali tentang Pendidikan Islam yang dilangsungkan di Makkah pada April 1977. Islamisasi dalam kontek sains adalah suatu upaya integrase wawasan objek sains yang harus ditempuh sebagai awal proses integrase kehidupan kaum muslimin.

Dalam konteks Islamisasi, ilmu pengetahuan, yang harus mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmunya, bukan ilmu itu sendiri. Karena yang menentukan adalah manusia, manusialah yang menghayati ilmu. Penghayatan para pencari ilmu itulah yang menentukan, apakah ilmunya berorientasi pada nilai-nilai islam ataukah tidak.

Bagi al-faruqi pengintegrasian pengetahuan tersebut dilakukan dengancara memasukkan pengetahuan baru dengan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, reintrepetasi, dan penyesuaian terhadap komponen komponennya sebagai pandangan Dunia Islam (Wolrdview Islam), serta menetapkan nilai-nilainya.

Dengan demikian usaha integrasi ini, bagi umat Islam tidak perlu berbuat dari kerangka pengetahuan modern, dan mampu memanfaatkan khazanah Islam klasik dengan tidak harus mempertahankannya secara mutlak karena terdapat beberapa kecenderungan yang kurang relevan dengan perkembangan modern.Bagi Osman Bakar, integrasi sebagai usaha untuk menyediakan sebuah model alternatif bagi sains modern. Usaha ini dilangsungkan guna merumuskan kajian yang mencakup alam semesta, bersama aplikasi teknologinya yang didasarkan pada prinsip -prinsip Islam.

Urgensi Integrasi Ilmu

Integrasi ilmu Islam menunjukkan bahwa al-Islamu li salah al-ibad dunyahum wa ukhrahum. Ilmu keislaman menjadi kesatuan yang enjembatani atau erangkaikan dunia akhirat sebagai satu kesatuan, sebagaimana berpadunya etika (akhlak) dan aturan-aturan substantif (ilmu keislaman) dengan ilmu terapan (ilmu pengetahuan).

Demikian halnya, integrasi ilmu pengetahuan tidak difragmentasi ke dalam sekat disiplin ilmu yang sempit dan terkotak cakupannya, melainkan ilmu menjadi jejaring yang menjadi satu ikatan yang saling mengisi dan melengkapi baik perspektif, terapan, maupun nilai etik/akhlak (ethic value)Masing-masing disiplin ilmu tersebut menjadi terintegrasi, lebih komprehensif, objektif, holistic (berfikir secara menyeluruh dengan mempertimbangkan aspek tingkah laku), serta sarat dengan nilai (value) dan kemanfaatan (ziyadah al-khair) yang menunjang objektifitas ilmu dan kualitas hidup manusia.

Konsep Integrasi Ilmu

Konsep integrasi menurut Syed Muhammad Naquib A-ttas yaitu, membandingkan antara Islam dengan filsafat dan ilmu pengetahuan kontemporer, sebagaimana yang disadari oleh al-Attas terdapat persamaan khususnya dalam hal-hal yang menyangkut sumber dan metode, kesatuan cara mengetahui secara nalar dan empiris, kombinasi realisme, idealisme dan pragmatisme sebagai fondasi kognitif bagai filsafat sains; proses dan filsafat sains. Al-Attas menegaskan bahwa terdapat sejumlah perbedaan mendasar dalam pandangan hidup (divergent worldviews). Wolrdview Islam merupakan pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang bukan hanya tampak oleh mata tapi juga hati kita yang mampu menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total baik yang fisik atau metafisik maka wolrdview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru‟yat al-Islam lil-wujud).

Naquib al-Attas beranggapan bahwa solusi dari permasalahan yang kita (Umat Islam) hadapi adalah dengan konsep integrasi agama dan sains yaitu Islamisasi. Menurut al-Attas, pada awalnya sains ada pada bentuknya yang Islam. Namun seiring dengan perkembangan zaman, bentuk fithrah sains sedidit demi sedikit berubah. Perubahan itu terjadi bersamaan dengan proses sekulerisasi masyarakat yang terjadi di Eropa yang beberapa Tahun kemudian diekspor kedunia Islam.

Prinsip Integrasi Ilmu

Untuk melandingkan gagasannya tentang islamisasi ilmu, Al-Faruqi meletakkan pondasi epistemologinya pada “prinsip integrasi” yang terdiri lima macam kesatuan


  1.  Keesaan (kesatuan) Tuhan, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang menciptakan dan memelihara semesta. Implikasinya, berkaitan dengan pengetahuan adalah bahwa sebuah pengetahuan bukan untuk menerangkan dan memahami realitas sebagai entitas yang terpisah dari Realitas Absolut (Tuhan), melainkan melihatnya sebagai bagian yang integral dari eksistensi Tuhan. Karena itu, islamisasi ilmu mengarahkan pengetahuan pada kondisi analisa dan sintesa tentang hubungan realitas yang dikaji dengan hukum Tuhan (divine pattern).

  2.  Kesatuan ciptaan, bahwa semesta yang ada ini baik yang material, psikhis, spasial (ruang), biologis, sosial maupun estetis, adalah kesatuan yang integral. Masing-masing saling kait dan saling menyempurnakan dalam ketentuan hukum alam (sunnatullah) untuk mencapai tujuan akhir tertinggi, Tuhan. Namun, bersamaan dengan itu, Dia juga menundukkan alam semesta untuk manusia, sehingga mereka bisa mengubah polanya dan mendayagunakannya demi kesejahtaraan umat.20 Berdasarkan hal ini, dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu, maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepada-Nya. Ini berbeda dengan prinsip keilmuan Barat, di mana sejak abad ke-15, mereka sudah tidak lagi berterima kasih pada Tuhan melainkan hanya pada dirinya sendiri dan untuk kepentingannya sendiri. Mereka memisahkan pengetahuan dari prinsip teologis dan agama.

  3.  Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Kebenaran bersumber pada realitas, dan jika semua realitas berasal dari sumber yang sama, Tuhan, maka kebenaran tidak mungkin lebih dari satu. Apa yang disampaikan lewat wahyu tidak mungkin berbeda apalagi bertentangan dengan realitas yang ada, karena Dia-lah yang menciptakan keduanya. Faruqi merumuskan kesatuan kebenaran ini sebagai berikut, (1) bahwa berdasarkan wahyu, kita tidak boleh membuat klaim yang paradoksal dengan realitas. Pernyataan yang di ajarkan wahyu pasti benar dan harus berhubungan dan sesuai dengan realitas. Jika terjadi perbedaan atau bahkan pertentangan antara temuan sains dan wahyu, seorang muslim harus mempertimbangkan kembali pemahamannya atas teks atau mengkaji ulang data-data penelitiannya. (2) Bahwa dengan tidak adanya kontradiksi antara nalar dan wahyu, berarti tidak ada satupun kontradiksi antara realitas dan wahyu yang tidak terpecahkan. Karena itu, seorang muslim harus terbuka dan senantiasa berusaha merekonsiliasikan antara ajaran agama dengan kemajuan Iptek. (3) Bahwa pengamatan dan penyelidikan terhadap semesta dengan bagian-bagiannya tidak akan pernah berakhir, karena pola-pola Tuhan tidak terhingga. Betapapun mendalam dan banyaknya seseorang menemukan data baru, semakin banyak pula data yang belum terungkap. Karena itu, seorang muslim dituntut bersikap open minded, rasional dan toleran terhadap bukti dan penemuan baru.

  4.  Kesatuan hidup. Menurut Faruqi, kehendak Tuhan terdiri atas dua macam: (1) berupa hukum alam (sunnatullah) dengan segala regularitasnya yang memungkinkan diteliti dan diamati, materi; (2) berupa hukum moral yang harus dipatuhi, agama. Kedua hukum ini berjalan seiring, senada dan seirama dalam kepribadian seorang muslim. Konsekuensinya, tidak ada pemisahan antara yang bersifat spiritual dan material, antara jasmani dan ruhani.

  5.  Kesatuan manusia. Tata sosial Islam, menurut Faruqi, adalah universal, mencakup seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Kelompok muslim tidak disebut bangsa, suku atau kaum melainkan ummat. Pengertian umat bersifat trans-lokal dan tidak ditentukan oleh pertimbangan geografis, ekologis, etnis, warna kulit, kultur dan lainnya, tetapi hanya dilihat dari sisi taqwanya. Meski demikian, Islam tidak menolak adanya klasifikasi dan stratifikasi natural manusia ke dalam suku, bangsa dan ras sebagai potensi yang dikehendaki Tuhan. Yang ditolak dan dikutuk Islam adalah faham ethnosentrisme, karena hal ini akan mendorong penetapan hukum, bahwa kebaikan dan kejahatan hanya berdasarkan ethnisnya sendiri, sehingga menimbulkan berbagai konflik antar kelompok. Kaitannya dengan islamisasi ilmu, konsep ini mangajarkan bahwa setiap pengembangan ilmu harus berdasar dan bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan, bukan hanya kepentingan golongan, ras dan etnis tertentu.
Sumber : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article/view/5822

Selasa, 06 April 2021

Metodologi Ilmu

 Metodologi Ilmu


Pengertian Metodologi Ilmu

    Secara harfiah istilah Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan “logos”. Kemudian kata “metodos” terdiri atas 2 suku kata yakni “metha” yang artinya melewati atau melalui “hodos” yang artinya cara atau jalan. 

    Metode artinya sebuah jalan yang dilewati untuk mencapai tujuan. Sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi Metodologi adalah cara atau ilmu-ilmu yang dipakai untuk menemukan kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas apa yang dikaji.

Lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern saat ini, berasal dari dibangkitkannya kembali tradisi-tradisi dan peradaban Yunani Kuno. Lima periode pembagian sejarah perkembangan filsafat dan ilmu oleh Hull, semenjak Yunani Kuno sampai sekarang menimbulkan pertentangan hebat terutama tentang kebermanfaatan ilmu itu sendiri. Antara penguasa dengan para sarjana, sarjana dengan rakyat biasa (tentang tanggung jawab sosial ilmuwan), atau antara sarjana dengan sarjana sendiri. 

Peran inteletual Islam dalam perkembangan ilmu dan filsafat adalah jembatan penghubung antara tradisi Yunani Kuno dengan ilmu pengetahuan modern saat ini. Akan tetapi, nampaknya  sains modern sudah menjadi “agama” baru yang relatif menafikan sisi-sisi normalitas, karena sifatnya yang materiaslitik.

Problem dan Kisis Sains Modern

    Dampak tak terlihat sains modern ini, muncul diantaranya pada pola pikir manusia, dan pada gilirannya tentu saja pada perilakunya. Ini tampak pada dominasi rasionalisme dan empirisme pilar utama metode keilmuan (scientific method), dalam penilaian manusia atas realitasrealitas, baik realitas sosial, individual, bahkan juga keagamaan.

    Dampak dari sains modern yaitu dampak psikologis, misalnya termasuk meningkat-pesatnya statistik penderita depresi, kegelisahan, psikosis, dan sebagainya. Sebagaimana halnya pada abad ke-17, sekali lagi kita mengalami destabilisasi dan keterpecahan, ketika paradigma keagamaan digugat. Argumen bahwa sains itu netral, bahwa sains bisa digunakan untuk kepentingan yang baik atau buruk, bahwa pengetahuan yang dalam tentang atom bisa digunakan untuk menciptakan bom nuklir dan juga bisa untuk menyembuhkan kanker, bahwa ilmu genetika bisa untuk mengembangkan pertanian di dunia ketiga dan juga bisa untuk “menyaingi Tuhan”, semua ini tampaknya (pernah) amat meyakinkan.

    Belakangan ini banyak kritik terhadap sains modern dari berbagai kalangan. Soalnya, teknologi sebagai penerapan sains untuk kepentingan manusia punya dampak yang cukup menakutkan. Keempat dampak itu adalah dampak militer, dampak ekologis, dampak sosiologis dan dampak psikologis. Dampak pertama adalah potensi destruktif yang ditemukan sains ternyata serta merta dimanfaatkan langsung sebagai senjata pemusnah massal oleh kekuatan-kekuatan militer dunia. Sejarah tak dapat memungkiri bahwa ilmuwan berperan cukup besar dalam pengembangan senjata-senjata pemusnah massal tersebut. Dampak kedua adalah dampak tak langsung yang berupa pencemaran dan perusakan lingkungan hidup manusia oleh industri sebagai penerapan teknologi untuk kepentingan ekonomi. Dampak ketiga adalah keretakan sosial, keterbelahan personal dan keterasingan mental yang dibawa oleh pola hidup urbanisasi yang mengikuti industrialisasi ekonomi. Dampak keempat, yang paling parah, adalah penyalahgunaan obat-obatan hasil industri kimia untuk menanggulangi dampak negatif dari urbanisasi. Keempatdampak negatif penerapan sains dan teknologi itu tidaklah merisaukan kebanyakan ilmuwan karena mereka menganggap hal itu bukanlah urusan mereka. Soalnya dalam pandangan mereka, tugas mereka hanyalah mencari kebenaran ilmiah tentang alam. Oleh karena itu sains dianggap sebagai ilmu yang netral yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi.

The Islamic Worldview Sebagai Metodologi Ilmu

Islamic worldview adalah bagaimana Islam memandang realita. Realita ini tidak terbatas pada dunia melainkan mencakup semua yang ada baik itu bisa diindera maupun tidak (ghaib). Ia termasuk pada konsep ‘nyata’, siapa itu Allah, siapa itu ‘manusia’, dan lain sebagainya, dan buntutnya akan panjang.

Seringkali dua orang hidup di alam yang sama tapi masing-masingnya memandang realita dengan cara yang berbeda sehingga makna hidup mereka berbeda dan keputusan dalam menjalani hidup adalah berbeda.

Memiliki Islamic worldview maknanya adalah ‘hidup dengan pandangan terhadap realita sebagaimana diajarkan oleh Islam. Seorang Muslim tidaklah akan mengatakan bahwa kalau Islam berpandangan begini, kalau Atheist berpandangan begitu, itu adalah pandangan masing-masing. Sebab, hakikat realitas itu tidaklah bergantung pada pemikiran manusia karena manusia bukanlah yang menciptakan realitas, walaupun mungkin saja ia memandang realitas dengan berbeda-beda.

Seorang muslim akan mengatakan bahwa apa yang dijelaskan oleh Islam melalui Qur’an dan Sunnah tentang realita itulah yang merupakan pandangan yang sebenarnya terhadap hakikat realitas itu sendiri. Allah itu ada, Firman-Nya itu ada, maut itu ada, alam kubur itu ada, hari kiamat itu ada, pengadilan Allah itu ada, Surga dan Neraka itu ada. Maka pertanyaannya: apakah kita mau menerimanya (berserah diri terhadapnya, atau ber-Islam) atau mau mengingkarinya (kafir). 

1.

Pengertian Dan Kedudukan Disiplin Ilmu Dalam Islam

Pengertian Dan Kedudukan Disiplin Ilmu Dalam Islam

  1. Konsep Islam Tentang Ilmu 

            Pengertian Ilmu dalam Islam merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu masdar dari alima-ya'lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang dibutuhkan. Beart

            Secara kebahasaan, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang diartikan sebagai tanda, penunjuk, atau petunjuk agar sesuatu atau seseorang dikenal. Demikian juga ma’lam, artinya tanda jalan atau sesuatu agar seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang. Selain itu, ‘alam juga dapat diartikan sebagai penunjuk jalan. Berarti Ilmu  secara singkat yaitu berupa  keyakinan yang kuat tetap dan sesuai dengan tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.

            Di dalam Alquran, penjelasan tentang konsep ilmu terdiri dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia atau disebut juga ilmu laduni sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 65. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia atau dinamai ilmu kasbi.

            Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an. Ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut terbagi menjadi dua; pertama, mengetahui inti sesuatu itu dan kedua adalah menghukumi sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada.

     2.   Dalil al-Quran dan as- Sunnah terkait dengan ilmu.

Rasulullah SAW bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913).

Berikut beberapa keutamaan dalam Islam berikut dalilnya dari Al Qur'an:

1.      Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

Allah SWT berfirman:

"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Allah SWT sudah memberikan banyak kenikmatan. Jika kita tidak gunakan dengan baik, maka kita akan menjadi salah satu orang yang merugi.

2.      Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT

Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman:

"Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Ayat ini menjelaskan tentang, dengan ilmu, seseorang akan lebih memahami bagaimana kehidupan ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah SWT sebagai sang maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah SWT.

3.      Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:

"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."

4.      Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)

5.      Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Disebutkan dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu dalam Islam:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu'alaihi wa sallam:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ
 صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)


        3.  Episteme ilmu dalam Islam berlandaskan tauhid

1.      Epistimologi

Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata“Episteme yang berarti pengetahuan dan kata Logos berarti teori, pikiran, ilmu. Secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Istilah epistemology Secara terminologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.

2.      Islam

Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Menurut istilah islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada Umat melalui Nabi Muhammad SAW. 

Epistimologi islam adalah ilmu yang membahas tentang hakekat sumber pengetahuan serta metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan sudut pandang keislaman.

Integrasi Ilmu Dalam Hidup Bermasyarakat Dan Berkebudayaan Konsep Hidup Bermasyarakat Dan Berkebudayaan Dalam perspektif Islam, konsep dalam...